REFLEKSI DUA DASAWARSA AL IZZAH MENGABDI

 



BERAWAL DARI MIMPI,
MENJADI IDOLA dan PRIMADONA SAAT INI

Oleh : Ustadz Adrian Pilomuli (UAP)*)

Saat itu Gegap Gempita Peralihan Sebuah Daerah Otonom baru sementara menghangat, Pemisahan diri beberapa Kecamatan dibagian Barat Provinsi Gorontalo yang baru 3 tahun berdiri Mulai ada titik terangnya, bahwa sebuah Kabupaten baru Akan segera terbentuk berlepas dari Kabupaten Boalemo yang merupakan Daerah Otonom paling bungsu dibumi Serambi Madinah ini. Kabupaten Boalemo yang terbentang dari Sungai Paguyaman ditimur hingga Molosifat dibagian Baratnya harus rela melpaskan sebagian besar wilayahnya menjadi sebuah Daerah Otonom Baru Yaitu Kabupaten Pohuwato yang membentang dari Huliya Kecamatan Paguat hingga Molosifat diujung Barat Provinsi Gorontalo berbatasan langsung dengan Provinsi Sulawesi Tengah.  

Perhatian Kebanyakan Orang Terpusat pada Momen tersebut, namun ditengah euforia tersebut, ada sekelompok kecil orang yang bahkan tidak sampai berjumlah 10 orang memikirkan masa depan serta penyiapan generasi yang akan membangun peradaban di Bumi Panua. Mereka merisaukan Kondisi Generasi saat itu dan kedepannya, tantangan serta prolematika Zaman yang semakin kompleks, langkah apa yang harus dilakukan serta disiapkan untuk membentengi generasi dan peradaban mendatang. disebuah Rumah Tua depan Lapangan Ormas Marisa orang-orang ini berkumpul membicarakan Mimpi Besar mereka, merancang Obsesi mereka kedepan, sebagian mereka bahkan bukan orang Asli Gorontalo, Ada yang dari Provinsi Paling Selatan Sulawesi, Ada yang dari Pulau Jawa, ada Warga Arab yang tinggal di Marisa, dan beberapa Warga Lokal, mereka punya motivasi yang sama menjadikan Bumi Panua yang saat itu belum menjadi Kabupaten Pohuwato sebagai corong dan Mercusuar Peradaban Islami dari Barat Serambi Madinah, Sebuah Mimpi Besar yang entah bagaimana mewujudkannya

Berhari-hari Topik mereka itu-itu saja, Bagaimana mimpi ini dimulai, berpindah tempat namun topiknya tetap sama, hingga dipertengahan Januari tahun 2003 dibawah Bimbingan H. Salmin Baladraf, Inisiatif  Bapak Ilham Kuntono, S.Pd, yang disetujui Oleh Bapak Moh. Na'ir, Bapak Suyatno Radjamuda, S.Ag, Bapak Muh. Yassin, serta beberapa Orang lainnya Bersepakat untuk mendirikan sebuah Lembaga yang akan menjadi tumpuan memulai dan mewujudkan Mimpi Besar Mereka, namun semuanya bingung terkait bagaimana model dan bentuk Lembaga tersebut, Akhirnya H. Salmin Baladraf menghubungi salah satu kerabatnya yang merupakan Notaris Pertama kali dan satu-satunya yang ada di Marisa saat itu, yaitu Ibu Boki Bahmid, SH, berdasarkan Arahan dan bantuan beliau inilah Pada Hari Senin tanggal 13 Januari 2003 bertepatan dengan 10 Dzulqaidah 1423H Kelima Tokoh diatas mendatangi Kantor Notaris Boki Bahmid, SH dan dengan Resmi Mendirikan Sebuah Lembaga yang berbentuk Yayasan Pengembangan Suber Daya Ummat dan diberi nama "AL IZZAH" yang berarti Semangat, Optimisme, Keinginan Kuat, Mimpi Besar.

Yayasan Al Izzah ini berdiri dan Berkiprah sebelum Bumi Panua Resmi Menjadi sebuah Daerah Otonom yang bernama Kabupaten Pohuwato. dengan penuh keterbatasan sejak mendapatkan Legalitasnya yaitu Akta Pendirian No. 3 Tahun 2003 oleh Notaris Boki Bahmid, SH, Yayasan ini memulai Kiprahnya dengan merekrut serta mendidik anak-anak untuk belajar Baca Al Qur'an, tak hanya itu saja Yayasan ini mulai bergerak Mengorganisir kelompok Masyarakat dan Membina mereka dalam Majelis-majelis Taklim, Mulai mengajak Masyarakat membentuk Kelompok Qurban, dan berbagai kegiatan Sosial Kemasyarakatan Lainnya, Namun Basis Utamanya Yaitu Pendidikan Islami tetap menjadi target utamanya. Taman Pendidikan Qur'an (TPQ) terus digenjot dan diprioritaskan. Hingga Saat Kabupaten Pohuwato Resmi Terbentuk Yayasan yang baru saja berdiri ini terus bergeliat menghadirkan Nuansa baru, Berbagai Gebrakan dilakukan dengan memaksimalkan berbagai Potensi yang dimilikinya.

Pengurus Yayasan yang dinahkodai oleh Ilham Kuntono, S.Pd sebagai Ketua, Suyatno Radjamuda, S.Ag sebagai Sekretaris, Moh. Na'ir Sebagai Bendahara dan Muh. Yassin Sebagai Anggota dengan dibantu oleh beberapa Orang termasuk beberapa Pemuda saat itu terus bergerak menyiapkan Pondasi Peradaban, TPQ yang berpindah-pindah tempat, dari Teras Kantor Desa, Serambi Masjid, Teras Rumah, bahkan Tempat Parkir pun menjadi Tempat Proses Pendidian Al Qur'an dilaksanakan, satu tekad bersama saat itu "Pendidikan Islami, untuk Generasi Qur'ani harus tercapai, hingga kita mampu Mewisuda Santri TPQ" tidak ada kata berhenti, tidak ada keinginan istrahat, target Wisuda Perdana TPQ harus terlaksana, apapun dan bagaimanapun caranya, sebab itu adalah tonggak peradaban dan momentum sejarah yang harus ada agar lembaga ini benar-benar mendapatkan Legitimasi dari Masyarakat luas terutama dari Pemerintah daerah yang baru definitif saat itu. 


Dengan Usaha Keras Pasca Pemilu 2004 Yayasan Al Izzah melakukan Wisuda Perdana TPQ Al Izzah, Momentum Paling bersejarah pertama kali bagi Yayasan Al Izzah saat itu, dimana Agenda Wisuda Perdana TPQ itu merupakan Lembaran awal bagi keberhasilan Yayasan Al Izzah, Lembaga Pendidikan Non-formal yang pertama kali melakukan Wisuda di Kabupaten Pohuwato dan langsung dihadiri oleh Berbagai Pejabat Teras Daerah yang dipimpin langsung Oleh Penjabub Pertama Pohuwato saat itu (Alm) Bapak Yahya K. Nasib, Camat Marisa (Alm) Bapak Zakaria Utiarahman



Santri yang diwisuda saat itu berjumlah lebih dari 50 orang, sebuah Jumlah yang sangat Fantastis untuk sebuah Yayasan yang baru Kemarin Sore berdiri di Kabupaten yang baru lahir, Santri ini berasal dari berbagai Desa Binaan Yayasan Al Izzah saat itu, dari Desa Teratai s.d Desa Manawa. 



Acara Wisuda ini begitu menggemparkan semua pihak, sebab dilakukan oleh sebuah Yayasan yang digawangi oleh sebagian besar Anak Muda yang tidak terkenal dan tidak diperhitungkan, bahkan Yayasan ini tidak dianggap oleh Kebanyakan Orang, bahkan Pemerintah Daerah tidak mengetahui keberadaan Yayasan yang lebih dulu ada sebelum Kabupaten ini resmi terbentuk, Namun Momen ini telah Menorehkan Tinta Emas Sejarah Peradaban di Bumi Panua, sebuah kemustahilan telah didobrak oleh Mimpi Besar Para Pemuda ini, semangat untuk menghadirkan solusi problematika Ummat menjadi cambuk pemicu bagi Para Pengurus Yayasan Al Izzah yang mayoritas Pemuda saat itu.

Keberhasilan ini Melahirkan Mimpi Baru, Memotivasi Optimisme Para Pengurusnya untuk berbuat dan menghadirkan seuatu yang lebih besar dari sekedar TPQ saja, Tahun 2005 mereka mulai merancang sebuah langkah yang lebih konkrit, bahkan dengan berani dan terang-terangan mulai mewacanakan Islamic Center yang saat itu belum terpikirkan oleh siapapun, Banyak Orang Tertawa, Mencibir, bahkan ada yang memberi komentar pedas akan ide dan mimpi itu. Kajian dan Riset Mulai dilakukan oleh Pengurus dan Penggiat Yayasan Al Izzah, segala cercaan, hinaan, bahkan rongrongan tak membuat mereka patah arang atau surut langkahnya, hingga 2006 Ilham Kuntono yang saat itu telah menjadi Anggota DPRD Pohuwato berani Menantang Bupati Zainuddin Hasan & Ketua DPRD Kab. Pohuwato Syarief Mbuinga untuk bisa menganggarkan Pembangunan Sekolah Swasta Berbasis Islami yang mengedepankan Pendidikan Karakter bagi anak didiknya, Tantangan ini Rupanya belum digubris oleh PEMDA, bukan tanpa Alasan sebab di Pohuwato saat itu sudah hadir berbagai sekolah Islam Swasta  yang telah jauh ada bahkan sebelum Gorontalo menjadi sebuah Provinsi, Berbagai Madrasah dibawah Naungan Yayasan Al Khairaat sudah banyak bertebaran di Bumi Panua, Belum lagi didaerah Tansmigrasi yang saat ini menjadi Kecamatan Randangan telah berdiri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah sejak Akhir Tahun 80-an, di Kecamatan Marisa yang merupakan Ibukota Kabupaten Pohuwato telah berdiri Yayasan Islam Al Mubarok dan Perwakilan Pondok Pesantren Hidayatullah, hal ini yang menjadi pertimbangan Daerah untuk menggelontorkan Anggarannya untuk menyokong sebuah lembaga Pendidikan baru.

Tak Patah semangat Para Pengurus terus berjuang menawarkan mimpi besarnya kepada siapapun yang berpotensi telibat dalam Proyek besar Peradaban ini, semua kalangan diyakinkan, hingga suatu saat salah seorang dari Keluarga Inaku menawarkan Sebidang Tanahnya yang waktu itu masih merupakan Semak Belukar dan banyak ditumbuhi pohon Aren, untuk diwakafkan dengan syarat harus dibangun tempat ibadah dan Sekolah Islam diatasnya, Ilham Kuntono selaku Ketua Yayasan berangkat Ke Jakarta untuk menemui yang bersangkutan, dengan ditemani (Alm) Tune Inaku (Ka' Tune) mereka bertemu dengan orang yang hendak Mewakafkan Tanah tersebut, Ibu yang sakit-sakitan ini menyampaikan agar Tanahnya dapat dimanfaatkan untuk Islam dan Orang banyak. Beliau tidak pingin tanah tersebut menjadi rebutan dan membuat para ahli waris tercerai-berai, Dia juga berpesan melalui Ka' Tune agar seluruh Keluarga mengikhlaskan hal itu dan menganggap Tanah itu tidak pernah ada, sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang tidak baik.

Angin Segar ini menjadi Energi Dahsyat buat semua Elemen Yayasan Al Izzah saat itu, diakhir 2006 hingga awal 2007 berbagai upaya terus dilakukan untuk bisa mewujudkan keinginan Pemberi Wakaf, disepakatilah Mulai Tahun Ajaran 2007 Al Izzah harus Punya Sekolah Formal, bagaimanapun caranya ini harus terwujud, beberapa bulan menjelang penerimaan siswa baru semua elemen Yayasan terus berpacu, ada yang mencarikan tempat untuk menjadi kelas sementara, ada yang sibuk menawarkan kepada orang tua yang anaknya sudah mau masuk usia TK agar mau didaftarkan di Al Izzah, lagi-lagi cibiran, hinaan, cercaan diterima, ada yang tertawa karena menganggap lucu gebrakan yang dilakukan oleh Yayasan Al Izzah, bagaimana mungkin mau membuka pendaftaran siswa sementara sekolahnya tidak ada, gedung kelasnya dimana?. dengan Optimisme tinggi Seluruh elemen Yayasan menawarkan Mimpi besarnya kepada calon orang tua, dari kenalan, keluarga, rekan kerja, semuanya hanya ditawarin mimpi tentang sekolah, 3 hari sejak dibuka Pendaftaran Salah Seorang Calon Guru (Almh) Ustadzah Nurhayati K. Yusuf, SKM yang memang ditugasi dibidang registrasi menunggu Calon Siswa mendaftar tak ada yang datang, sesekali Ustadzah Rosmini, A.Ma, Ustadzah Liyona Lihawa,  menemani yang bersangkutan (hal ini disebabkan Ustadzah Rosmini Punya Anak Bayi dan Ustadzah Liyona harus bolak balik dengan Suaminya dari Lemito)

Pada hari ke-4 dengan ragu-ragu ada tiga orang ibu mendatangi Gubuk bekas Tempat pembuatan Meubel yang telah disulap menjadi 2 kelas darurat, mereka mewawancarai Ustadzah Nur (Panggilan Ustadzah Nurhayati) Perihal Sekolah, Apa Jaminan Anak-anaknya, dan berbagai hal lainnya yang berhubungan dengan Pendidikan anak-anak mereka, dengan Sabar dan telaten Beliau Menjawab semuanya, bermodalkan Pengalaman sebagai salah Satu Pengajar di TKIT Permata Ummat Kec. Tibawa Kab. Gorontalo Ustadzah Nur berhasil meyakinkan mimpi Pengelola Yayasan Al Izzah Kepada Para Calon Orang tua tersebut, dan inilah momen dimana Mimpi itu menjadi Nyata.

Lebih dari 10 anak berhasil mendaftar dan telah resmi menjadi Pembuka Sekolah Islam Terpadu (SIT) Al Izzah, TKIT Al Izzah mulai beroperasi, digubuk sempit yang telah berubah menjadi ruang kelas itu Proses Mencetak Generasi Rabbani mulai berjalan, Jika Hujan datang maka Kelas pun Kebasahan, sebab Atapnya yang terbuat dari Daun Nipah itu sudah banyak yang Bocor, Karena sempitnya Ruang Kelas, sehingga saat anak-anak saling dorong maka sekat dari Triplek itu jebol, Namun ada Optimisme yang tumbuh, Kepercayaan Orang Tua Mulai Terbangun, Prespektif mereka terhadap hasil pendidikan anaknya perlahan nampak, orang tua yang terbiasa anaknya diawal sekolah harus dijaga dan ditungguin, di TKIT Al Izzah perlakuannya berbeda, Orang tua hanya boleh datang saat menjemput anak-anak pulang kerumah, akan tetapi hal yang sebelumnya tidak diterima orang tua ini perlahan membuahkan hasilnya, anak-anaknya mulai mandiri diusia dini, ada yang curhat dengan bangganya bahwa anaknya jika mau makan minta baca do'a dulu, mau tidur berdo'a, banyak hal yang membuat orang tua kelimpungan namun merasa senang, mereka ditanyai anaknya do'a ini-itu sementara mereka tidak tahu, akhirnya orang tua usul agar pihak sekolah membuat buku panduan untuk anak-anak, agar orang tuanya bisa belajar sekalian.




Keceriaan Anak-anak saat disekolah walaupun hanya dikelas sempit membuat beberapa pihak mulai tersentuh, Perkembangan dan Kualitas hasil yang ditunjukan anak-anak membuat beberapa kalangan mulai Melirik Al Izzah, hingga PEMDA langsung menggelntorkan Anggaran Pembangunan Gedung TKIT, Mushollah dan 3 Unit Rumah Tinggal Guru. untuk Menggaji Guru Banyak Pihak merelakan sebagian Penghasilan mereka untuk diinfaqkan ke Yayasan sebagai Gaji buat Para Guru, Ada Pak Andi Adi Senopati (Pegawai Telkom Marisa, Saat ini Kandatel Gowa) dan Istrinya Ibu Sri Wahyuningsih (Pegawai BPS Pohuwato), Pak  Alfie Satria Hidayat (Pegawai KPPN Marisa), Ibu Dwi Alwi Astuti (BPS Pohuwato), Ibu Evie Marviany Luma (Guru SMK Marisa), dr. Adhi Purnawan, dan masih banyak Pihak yang turut terlibat dalam Penggajian Guru saat itu. 

Pada Tahun 2008 TKIT Al Izzah Melaksanakan Wisuda Perdana TKIT Al Izzah Angkatan Pertama, Momentum inilah yang Membuka Paradigma Baru Pendidikan di Bumi Panua, Peminat Mulai ada, bersamaan dengan itu pula PEMDA Pohuwato kembali memberikan Bantuan 8 Kelas untuk SDIT (2008 SDIT mulai dibuka) dan Aula Serbaguna,  sejak saat itu Kiprah Yayasan Al Izzah mulai dikenal, dan Yayasan Al Izzah semakin berkembang Pesat,hingga setelah SDIT Meluluskan Angkatan Pertamanya, maka digagaslah MTs Terpadu Al Izzah yang dikemudian hari berubah menjadi SMPIT Al Izzah, hingga Pada Tahun 2021 Yayasan Al Izzah yang telah dinahkodai oleh Ust. Kasim Badu, S.Pd, Telah Membentuk Unit baru dilingkungan Yayasan Al Izzah yaitu Rumah Qur'an Al Izzah hal ini digagas sebagai Jawaban atas Keinginan daerah untuk mencetak "1 Desa 1 Hafidz".

Kini 20 Tahun sudah Yayasan Al Izzah berkiprah mengabdikan dirinya untuk Ummat dan Masyarakat Pohuwato, sebuah Perjalanan Perjuangan yang penuh dengan liku, Pengabdian yang tiada putus dan Akhirnya, berbagai dinamika badai prahara telah menerpanya, namun satu hal yang tidak boleh berubah dan tak akan hilang, teruslah bermimpi besar jangan berhenti, biarlah waktu, keadaan dan potensi yang akan mewujudkan Mimpi itu.
semuanya berawal dari mimpi yang dianggap remeh oleh banyak pihak, kini Al Izzah menjadi salah satu Primadona Lembaga Pendidikan Formal Pilihan dan bergengsi di Pohuwato, Para Pengurus dan Pengelolanya mempunyai tanggung jawab besar untuk terus menjaga dan meningkatkan Kualitas, sebab jaminan kualitas inilah yang menjadi kunci utama tawaran yang dulunya adalah mimpi menjadi sebuah Obsesi. Rentang Waktu 20 Tahun ini telah membuktikan bahwa Nilai dan jaminan merupakan harga jual tertinggi yang ditawarkan oleh Yayasan, 20 tahun lalu Al Izzah hanya sendiri, tak ada kompetitor yang menjadi pembanding, namun saat ini berbagai Lembaga Pendidikan yang mengusung serta menawarkan konsep yang sama semakin menjamur, jika Al Izzah tidak mau keluar dari Zona nyamannya, maka akan tergilas dengan sendirinya oleh Harga, Nilai dan Jaminan yang dulu pernah dirancang dan dicetuskan oleh para pengelola Yayasan ini, Al Izzah telah Memotivasi Ust. Abdul Muthalib Karim (Lurah Otan) dan Istrinya Ustz. Vivi Santri (salah satu guru awal TKT) untuk Medirikan Sekolah dibawah Yayasan Madinatul Ilmi Paguat, Al Izzah juga Telah Mendorong Ust. Arman Lamasai (Mantan Ketua Yayasan Al Izzah dan Kepala SDIT Al Izzah) Membangun Sekolah yang dinaungi oleh Islamic Center Khairul Azzam Kec. Randangan - Pohuwato. Mereka yang dulunya ikut berkiprah di Al Izzah kini berani membangun mimpi besarnya sendiri, Energi Positif Al Izzah telah menorehkan Obsesi untuk mereka, Energi itu terus menebar, meluas hingga kemana-mana, jangan sampai sumber energinya meredup, jangan sampai mata airnya mengering, Lahirkan kembali mimpi besar yang baru.

Al Izzah harus berani kembali bermimpi membangun SMAIT Pertama di Bumi Panua, SMAIT yang tidak boleh sama dengan SMAIT dibawah Naungan Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) diseluruh Indonesia, Al Izzah harus bisa melahirkan Lulusan SMAIT dengan Kemampuan Setara bahkan Lebih dari S1, Lulusan yang bukan hanya bisa langsung mencari kerja, akan tetapi lulusan yag mampu menciptakan Lapangan Kerja buat banyak orang, Lulusan yang Soluif bukan Konsumtif. Al Izzah mestinya punya Mimpi yang lebih besar lagi yaitu menghadirkan Universitas yang lahir dari Rahim Yayasan Islami yang ada di Pohuwato, mimpi itu pasti akan ditertawakan, biarlah mereka meledek kita, biarkan mereka meremehkan kita, tapi Do'akan mereka agar diberikan Umur panjang dan kesehatan agar mereka bisa menyaksikan Kita mewujudkan Mimpi yang mereka Tertawakan, Cita-cita yang mereka remehkan, kita hanya butuh waktu, kita hanya perlu memanfaatkan keadaan, kita hanya akan menggenjot potensi agar mereka bisa melihat bahwa mimpi itu akan menjadi kenyataan yang mereka butuhkan.Kita Perlu bermimpi lagi Membangun Universitas Al Izzah Pohuwato (UAP) yang Alumninya tak akan menjadi Broker tapi Leader, yang Mahasiswanya belum Lulus sudah dibutuhkan kehadirannya, kita akan melahirkan Mahasiswa yang akan meciptakan peradaban baru bukan mereka yan menikmati peradaban, kita harus Optimis mimpi 20 Tahun lalu menjadikan Bumi Panua sebagai Corong dan Mercusuar Peradaban Islami lahir, bangkit, dan memancar dari Barat Serambi Madinah. Yakinlah Jalan ini pasti mendapatkan Pertolongan dan Keridhoan Allah Ta'ala. 
  
*) penulis adalah Salah Satu Saksi dan Pelaku Sejarah Al Izzah

Beberapa Cuplikan Video Awal SIT Al Izzah hadir               










0 Komentar

Terbaru